BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Hasil belajar para
pelajar dalam beberapa tahun belakangan ini terjadi penurunan nilai yang sangat
drastis terutama dalam mata pelajaran matematika, yaitu dimana hasil belajar tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal itu jelas dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah model belajar yang diberikan kepada para pelajar
yang tidak sesuai terhadap kemampuan siswa yang bahkan membuat siswa tidak
nyaman. Model belajar mengambil andil besar terhadap kemajuan pendidikan
indonesia, karena dapat membuat para pelajar lebih semangat dengan adanya model
pembelajaran yang tepat serta dapat diterima baik oleh mereka. Selain itu dalam
mata pelajaran matematika banyak yang memandang sebelah mata, yaitu dianggap
sulit dan membuat berfikir lebih untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.
Kedudukan dan fungsi
tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar saat ini cenderung masih dominan.
Aktivitas dosen masih besar dibandingkan dengan aktivitas mahasiswa yang masih
rendah kadarnya. Padahal yang diharapkan dalam
proses pembelajaran adalah mahasiswa aktif. Proses komunikasi yang
diharapkan adalah komunikasi banyak arah. (Nurul anriani,2009:84)
Proses pembelajaran
yang memberikan peluang kepada mahasiswa untuk melihat jati dirinya adalah
dengan kerja kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning)
mahasiswa dapat saling bertukar pendapat dan saling membantu, sehingga
mahasiswa lebih kreatif dalam pembelajaran (Siskandar:2009). Hal ini dapat membuktikan jika dengan model
pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) sangat membantu terhadap
mahasiswa serta memberi peluang kepada mahasiswa untuk menyusun konsep terhadap
apa yang diberikan. Selain itu mahasiswa mampu mengeksplorasi dirinya sendiri
menjadi lebih baik, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar menjadi lebih
baik lagi dari sebelumnya.
Salah satu model
pembelajaran ysng dapat efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan
aktivitas mahasiswa dalam belajar adalah model belajar kooperatif, yang terdiri
dari tipe STAD, Jigsaw, TGT (Nurul Anriani,2009:84).
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud
dengan model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning)?
2.
Apa saja tipe –
tipe pembelajaran kooperatif?
3.
Bagaimana pengaruh
model belajar kooperatif terhadap hasil belajar matematika siswa?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
dari makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui
bagaimana model pembelajaran kooperatif
2.
Untuk mengetahui
tipe – tipe dalam model pembelajaran kooperatif
3.
Untuk melihat
langsung pengaruh dari model belajar kooperatif terhadap hasil belajar
matematika siswa
1.4 Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode studi
literature, dimana penulis menggunakan referensi berupa buku Cooperative
Learning, Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Matematika, Jurnal Ilmu Pendidikan(JIP). serta penulis menggunakan sumber dari internet
yang dapat dipertanggungjawabkan kevaliditasnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning
atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem
belajar dan bekerja kelompok – kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam
belajar (slavin:2011)
Penelitian psikologi
sosial terhadap kooperasi, kerjasama, dimulai pada sekitar tahun 1920(slavin, 2011).
Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan bahwa siswa yang bekerja
sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu
membuat diri menjadi belajar sama baiknya.
Manfaat dari Cooperative Learning adalah untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya, membantu
siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan,
mengembangkan keterampilan sosial siswa, meningkatkan rasa percaya diri
siswa, membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.
Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada
teori psikologi kognitif dan teori pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran
kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi
juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar
berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja
oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan
dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru
dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
Cooperative Learning exists when students work
together to accomplish shared learning goals(johnson and johnson:2002).
Pembelajaran kooperatif dapat berjalan jika siswa belajar bersama untuk membagi
pengetahuan tentang suatu hal. Jadi sangat penting jika model pembelajaran ini
diterapkan untuk mempermudah pemahaman siswa, karena siswa mendapat kemudahan
untuk saling bertukar fikiran dengan teman kelompoknya.
Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif
terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda yakni kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota
kelompok tidak hanya bertanggungjawab terhadap tugas individu tetapi juga
membantu proses belajar teman sekelompoknya. Model Cooperative Learning dapat
mengembangkan keterampilan intelektual siswa yang dapat dilakukan dengan
mengadakan suatu penelitian dan penyelidikan oleh siswa secara berkelompok,
kemudian hasil penelitian dan penyelidikan tersebut harus dilaporkan kepada
seluruh kelas.
2.2 Tipe – Tipe Model Pembelajaran Cooperative Learning
Tipe – tipe model pembelajaran
kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan
tingkat kelas. Tipe tersebut adalah STAD (Student Team Achievement Division),
TGT (Team Game Turnament), dan Jigsaw II. Metode – metode tersebut melibatkan
penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama tapi
menggunakan cara yang berbeda.
2.2.1
Student Team Achievement Division (STAD)
Model Pembelajaran Cooperative
Learning Student Teams-Achievement Division (STAD) STAD merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang
paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif.
STAD telah digunakan dalam berbagai mata
pelajaran yang ada dan telah digunakan mulai siswa kelas dua sampai perguruan
tinggi. Metode ini paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang telah
terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika.
Gagasan utama dari STAD adalah
untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama
lain dalam menguasai kemampuan yang disampaikan oleh guru. Jika siswa ingin
mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu team untuk
mempelajari materinya. Para siswa boleh bekerja sama untuk memahami apa yang
guru sampaikan dengan bertukar fikiran dan saling bertanya.
STAD terdiri atas lima komponen
utama yaitu:
a. Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama
diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran
langsung di kelas yang berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, siswa
menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh karena akan
membantu mereka mengerjakan kuis.
b. Tim
Tim terdiri atas 4 -5 anak yang
bervariasi dari tingkat intelegensi, jenis kelamin, ras, dan etnis. Fungsi
utama tim memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar untuk
mempersiapkan anggotanya mengerjakan kuis. Tim adalah fitur yang paling penting
dalam STAD. Penekanan agar anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan
membantu tiap anggotanya.
c. Kuis
Setelah
presentasi guru dan kerja tim, siswa mengerjakan kuis secara individu. Siswa
tidak diperkenankan membantu dalam mengerjakan tugas.
d. Skor
Kemajuan
Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal dalam timnya. Tiap
siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut
sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama.
e. Rekognisi tim
Tim
akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mencapai skor tertentu.
2.2.2
Team Game Turnament
(TGT)
Team Game Turnament (TGT) Secara umum TGT sama
dengan STAD, kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnament akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siwa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lainnya yang kinerja
akademik sebelumnya. TGT sewreing dikombinasikan dengan STAD , dengan
menambahakan turnament tertentu pada struktur STAD.
TGT menggunakan metode turnamen
mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
menyumbangkan poin pada skor timnya. Metode ini menggunakan sebuah prosedur
yaitu “menggeser kedudukan”, dengan ini membuktikan permainan cukup adil. Team
yang mendapat nilai tertinggi merupakan team yang pantas mendapat penghargaan
team.
Komponen TGT
a. Presentasi di kelas
Pertama-tama
diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran
langsung di kelas. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus
benar-benar memberi perhatian penuh karena akan membantu mereka mengerjakan
kuis.
b. Tim
Tim
terdiri atas 4 -5 anak yang bervariasi dari tingkat intelegensi, jenis kelamin,
ras, dan etnis. Fungsi utama tim memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar
untuk mempersiapkan anggotanya mengerjakan kuis
c. Game Turnament
Game yang terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan untuk menguji kemampuan siswa dari presentasi kelas. Game
dimainkan di depan dengan pemain satu orang dari masing-masing tim untuk
menantang jawaban. turnamen merupakan struktur game. Kondisi terbaik setiap
permaianan akan terlihat.
d. Rekognisi tim
Tim akan mendapatkan penghargaan
apabila skor rata-rata mencapai skor tertentu.
2.2.3
Jigsaw II
Jigsaw
II adalah adaptasi dari teknik teka – teki Elliot aronson(1978). Dalam teknik
ini siswa bekerja dalam anggota kelompok terdiri dari 4 orang siswa dengan
latar belakang yang berbeda. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab,buku
kecil,atau materi lain. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli
dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Para ahli dari tim yang
berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka
kembali ke kelompoknya untuk memaparkan kepada teman satu timnya. Akhirnya ada
kuis atau bentuk penilaian untuk semua topik yang dibahas.
Langkah-langkah
pelaksanaan
1. Persiapan
a. penentuan materi
·
pilihlah satu atau
dua bab, cerita, atau unit lainnya.
·
Buatlah lembar ahli
untuk menuntun siswa memfokuskan konsentrasi saat membaca
·
Buatlah kuis, tes
esai, atau bentuk penilaian lainnya untuk setiap unit.
·
Buatlah skema diskusi
untuk mengarahkan diskusi dalam kelompok ahli.
b. Membagi siswa ke dalam tim.
c. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli.
d. Penentuan skor awal.
2. Pelaksanaan Jigsaw
a. Membaca
b. Diskusi Kelompok ahli
c. laporan tim.
d. Tes individual
e. Recognisi tim yaitu penghitungan skor tim
2.3 Pengaruh Model Belajar Kooperatif Terhadap Hasil
Belajar Matematika
Hasil belajar yang dicapai mahasiswa
tidak terlepas dari proses belajar yang terjadi di kelas. Dari pengamatan di
kelas terungkap bahwa umumnya mahasiswa memperhatikan apabila dosen menjelaskan
materi kuliah dan memberikan latihan soal. Namun komunikasi di kelas umumnya
terjadi satu arah yang didominasi oleh dosen (siskandar,2009:179). Dalam
pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika jarang ada mahasiswa yang
bertanya, baik terhadap dosen atau temannya. Bila menghadapi soal yang sulit
hanya segelintir mahasiswa yang dapat mengerjakannya. Mahasiswa lain hanya
menunggu dosen membahas soal tersebut. Hal ini artinya mahasiswa cenderung
pasif dan bahkan ada yang tertinggal karena belum mengerti tentang suatu
permasalahan dalam matematika.
Oleh karena itu terdapatlah upaya untuk merubah
model pembelajaran menjadi lebih hidup dan bergairah dengan salah satu caranya
adalah dengan cooperative learning (pembelajaran kooperatif). Langkah ini untuk
mencapai hasil yang diharapkan.
Salah satu model
pembelajaran yang dapat efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan
aktivitas mahasiswa dalam belajar adalah model belajar kooperatif, yang terdiri
dari tipe STAD, Jigsaw, TGT (Nurul Anriani,2009:85).
Setelah percobaan yang
dilakukan David W. Johnson dan Roger T. Johnson mereka mengatakan “ the
effectiveness of a cooperative learning method will tend to increase the more
that cooperation is the foundation on wich class room and school life is
based”(johnson and johnson:2002) “efektivitas dari metode pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan perilaku kerjasama di kelas yang berdasarkan
sekolah”. Hal ini jelas membuktikan jika metode pembelajaran sangat bermanfaat
dan perlu diterapkan dalam pembelajaran di kampus dan sekolah – sekolah.
Cooperative learning
dapat mempengaruhi siswa untuk menjadi lebih baik, dari komunikasi yang terjadi
satu arah yang didominasi dosen (Nurul anriani,2009:86) dapat berubah menjadi
komunikasi dari berbagai arah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kerja
kelompok, peserta didik mampu mengeksplorasi dirinya untuk mengutarakan
pemikiran melalui kerja kelompok tersebut. Sehingga terciptalah kelas yang hidup
dan aktif bukan pasif.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cooperative learning atau pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja
kelompok – kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Cooperative Learning
memiliki 3 tipe pembelajaran yaitu tipa STAD(Student Team
Achievement Division), TGT(Team Game Turnament),
dan Jigsaw II. Ketiga tipe tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab
individual, dan kesempatan sukses yang sama tapi menggunakan
cara yang berbeda. Dalam kehidupan pembelajaran metode ini sangat menguntungkan
tenaga pengajar untuk menciptakan suasana kelas yang hidup dan terciptanya
komunikasi berbagai arah,bukan hanya satu arah yang di dominasi oleh tenaga
pengajar yang membuat kurangnya tingkat pemahaman yang mengakibatkan tidak
tercapainya hasil yang diharapkan. Setelah menggunakan model pembelajaran ini
dapat disimpulkan jika cooperative learning mampu diterima dengan baik oleh
peserta didik, serta mampu meningkatkan hasil belajar sehingga tercapainya
hasil belajar yang diharapkan.
3.2
Saran
Saran yangdiberikan
adalah untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif di setiap sendi
pendidikan dari kelas dua hingga perguruan tinggi, cooperative learning sangat
menguntungkan jika diterapkan pada peserta didik yang pasif dan hanya menunggu
perintah dari tenaga pengajar. Dengan cooperative learning seseorang mampu
mengeksplorasi dirinya sendiri dengan bantuan kelompok sehingga mampu
menciptakan kerjasama yang baik dan pemahaman yang baik terhadap suatu materi
yang diberi oleh tenaga pengajar. Karena itu lah sangat disarankan untuk
menggunakan metode ini agar tercapai hasil yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar