Sabtu, 19 Desember 2015

Cooperative Learning



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Hasil belajar para pelajar dalam beberapa tahun belakangan ini terjadi penurunan nilai yang sangat drastis terutama dalam mata pelajaran matematika, yaitu dimana hasil belajar tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal itu jelas dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah model belajar yang diberikan kepada para pelajar yang tidak sesuai terhadap kemampuan siswa yang bahkan membuat siswa tidak nyaman. Model belajar mengambil andil besar terhadap kemajuan pendidikan indonesia, karena dapat membuat para pelajar lebih semangat dengan adanya model pembelajaran yang tepat serta dapat diterima baik oleh mereka. Selain itu dalam mata pelajaran matematika banyak yang memandang sebelah mata, yaitu dianggap sulit dan membuat berfikir lebih untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.
Kedudukan dan fungsi tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar saat ini cenderung masih dominan. Aktivitas dosen masih besar dibandingkan dengan aktivitas mahasiswa yang masih rendah kadarnya. Padahal yang diharapkan dalam  proses pembelajaran adalah mahasiswa aktif. Proses komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi banyak arah. (Nurul anriani,2009:84)
Proses pembelajaran yang memberikan peluang kepada mahasiswa untuk melihat jati dirinya adalah dengan kerja kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) mahasiswa dapat saling bertukar pendapat dan saling membantu, sehingga mahasiswa lebih kreatif dalam pembelajaran (Siskandar:2009).  Hal ini dapat membuktikan jika dengan model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) sangat membantu terhadap mahasiswa serta memberi peluang kepada mahasiswa untuk menyusun konsep terhadap apa yang diberikan. Selain itu mahasiswa mampu mengeksplorasi dirinya sendiri menjadi lebih baik, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Salah satu model pembelajaran ysng dapat efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan aktivitas mahasiswa dalam belajar adalah model belajar kooperatif, yang terdiri dari tipe STAD, Jigsaw, TGT (Nurul Anriani,2009:84).


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning)?
2.      Apa saja tipe – tipe pembelajaran kooperatif?
3.      Bagaimana pengaruh model belajar kooperatif terhadap hasil belajar matematika siswa?
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran kooperatif
2.      Untuk mengetahui tipe – tipe dalam model pembelajaran kooperatif
3.      Untuk melihat langsung pengaruh dari model belajar kooperatif terhadap hasil belajar matematika siswa
1.4  Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode studi literature, dimana penulis menggunakan referensi berupa buku Cooperative Learning, Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Matematika, Jurnal Ilmu Pendidikan(JIP).  serta penulis menggunakan sumber dari internet yang dapat dipertanggungjawabkan kevaliditasnya.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok – kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar (slavin:2011)
Penelitian psikologi sosial terhadap kooperasi, kerjasama, dimulai pada sekitar tahun 1920(slavin, 2011). Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri menjadi belajar sama baiknya.
Manfaat dari Cooperative Learning adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya, membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan, mengembangkan keterampilan sosial siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.
Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Cooperative Learning exists when students work together to accomplish shared learning goals(johnson and johnson:2002). Pembelajaran kooperatif dapat berjalan jika siswa belajar bersama untuk membagi pengetahuan tentang suatu hal. Jadi sangat penting jika model pembelajaran ini diterapkan untuk mempermudah pemahaman siswa, karena siswa mendapat kemudahan untuk saling bertukar fikiran dengan teman kelompoknya.


Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda yakni kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggungjawab terhadap tugas individu tetapi juga membantu proses belajar teman sekelompoknya. Model Cooperative Learning dapat mengembangkan keterampilan intelektual siswa yang dapat dilakukan dengan mengadakan suatu penelitian dan penyelidikan oleh siswa secara berkelompok, kemudian hasil penelitian dan penyelidikan tersebut harus dilaporkan kepada seluruh kelas.

2.2  Tipe – Tipe Model Pembelajaran Cooperative Learning
Tipe – tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas. Tipe tersebut adalah STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team Game Turnament), dan Jigsaw II. Metode – metode tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama tapi menggunakan cara yang berbeda.
2.2.1        Student Team Achievement Division (STAD)
Model Pembelajaran Cooperative Learning Student Teams-Achievement Division (STAD) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
 STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada dan telah digunakan mulai siswa kelas dua sampai perguruan tinggi. Metode ini paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang telah terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang disampaikan oleh guru. Jika siswa ingin mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu team untuk mempelajari materinya. Para siswa boleh bekerja sama untuk memahami apa yang guru sampaikan dengan bertukar fikiran dan saling bertanya.
STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu:


a.       Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung di kelas yang berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh karena akan membantu mereka mengerjakan kuis.

b.      Tim
Tim terdiri atas 4 -5 anak yang bervariasi dari tingkat intelegensi, jenis kelamin, ras, dan etnis. Fungsi utama tim memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar untuk mempersiapkan anggotanya mengerjakan kuis. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Penekanan agar anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan membantu tiap anggotanya.

c.       Kuis
Setelah presentasi guru dan kerja tim, siswa mengerjakan kuis secara individu. Siswa tidak diperkenankan membantu dalam mengerjakan tugas.

d.      Skor
Kemajuan Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal dalam timnya. Tiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama.

e.       Rekognisi tim
Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mencapai skor tertentu.








2.2.2        Team Game Turnament (TGT)
 Team Game Turnament (TGT) Secara umum TGT sama dengan STAD, kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnament akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siwa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lainnya yang kinerja akademik sebelumnya. TGT sewreing dikombinasikan dengan STAD , dengan menambahakan turnament tertentu pada struktur STAD.
TGT menggunakan metode turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin pada skor timnya. Metode ini menggunakan sebuah prosedur yaitu “menggeser kedudukan”, dengan ini membuktikan permainan cukup adil. Team yang mendapat nilai tertinggi merupakan team yang pantas mendapat penghargaan team.

Komponen TGT
a.    Presentasi di kelas
Pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung di kelas. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh karena akan membantu mereka mengerjakan kuis.

b.    Tim
Tim terdiri atas 4 -5 anak yang bervariasi dari tingkat intelegensi, jenis kelamin, ras, dan etnis. Fungsi utama tim memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar untuk mempersiapkan anggotanya mengerjakan kuis

c.    Game Turnament
Game yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan untuk menguji kemampuan siswa dari presentasi kelas. Game dimainkan di depan dengan pemain satu orang dari masing-masing tim untuk menantang jawaban. turnamen merupakan struktur game. Kondisi terbaik setiap permaianan akan terlihat.


d.    Rekognisi tim
Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mencapai skor tertentu.

2.2.3        Jigsaw II
Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka – teki Elliot aronson(1978). Dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok terdiri dari 4 orang siswa dengan latar belakang yang berbeda. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab,buku kecil,atau materi lain. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Para ahli dari tim yang berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali ke kelompoknya untuk memaparkan kepada teman satu timnya. Akhirnya ada kuis atau bentuk penilaian untuk semua topik yang dibahas.
Langkah-langkah pelaksanaan
1.      Persiapan
a.       penentuan materi
·         pilihlah satu atau dua bab, cerita, atau unit lainnya.
·         Buatlah lembar ahli untuk menuntun siswa memfokuskan konsentrasi saat membaca
·         Buatlah kuis, tes esai, atau bentuk penilaian lainnya untuk setiap unit.
·         Buatlah skema diskusi untuk mengarahkan diskusi dalam kelompok ahli.
b.      Membagi siswa ke dalam tim.
c.       Membagi siswa ke dalam kelompok ahli.
d.      Penentuan skor awal.
2.      Pelaksanaan Jigsaw
a.       Membaca
b.      Diskusi Kelompok ahli
c.       laporan tim.
d.      Tes individual
e.       Recognisi tim yaitu penghitungan skor tim
2.3    Pengaruh Model Belajar Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar yang dicapai mahasiswa tidak terlepas dari proses belajar yang terjadi di kelas. Dari pengamatan di kelas terungkap bahwa umumnya mahasiswa memperhatikan apabila dosen menjelaskan materi kuliah dan memberikan latihan soal. Namun komunikasi di kelas umumnya terjadi satu arah yang didominasi oleh dosen (siskandar,2009:179). Dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika jarang ada mahasiswa yang bertanya, baik terhadap dosen atau temannya. Bila menghadapi soal yang sulit hanya segelintir mahasiswa yang dapat mengerjakannya. Mahasiswa lain hanya menunggu dosen membahas soal tersebut. Hal ini artinya mahasiswa cenderung pasif dan bahkan ada yang tertinggal karena belum mengerti tentang suatu permasalahan dalam matematika.
Oleh karena itu terdapatlah upaya untuk merubah model pembelajaran menjadi lebih hidup dan bergairah dengan salah satu caranya adalah dengan cooperative learning (pembelajaran kooperatif). Langkah ini untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan aktivitas mahasiswa dalam belajar adalah model belajar kooperatif, yang terdiri dari tipe STAD, Jigsaw, TGT (Nurul Anriani,2009:85).
Setelah percobaan yang dilakukan David W. Johnson dan Roger T. Johnson mereka mengatakan “ the effectiveness of a cooperative learning method will tend to increase the more that cooperation is the foundation on wich class room and school life is based”(johnson and johnson:2002) “efektivitas dari metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan perilaku kerjasama di kelas yang berdasarkan sekolah”. Hal ini jelas membuktikan jika metode pembelajaran sangat bermanfaat dan perlu diterapkan dalam pembelajaran di kampus dan sekolah – sekolah.
Cooperative learning dapat mempengaruhi siswa untuk menjadi lebih baik, dari komunikasi yang terjadi satu arah yang didominasi dosen (Nurul anriani,2009:86) dapat berubah menjadi komunikasi dari berbagai arah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kerja kelompok, peserta didik mampu mengeksplorasi dirinya untuk mengutarakan pemikiran melalui kerja kelompok tersebut. Sehingga terciptalah kelas yang hidup dan aktif bukan pasif.


BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok – kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Cooperative Learning memiliki 3 tipe pembelajaran yaitu tipa STAD(Student Team Achievement Division), TGT(Team Game Turnament), dan  Jigsaw II. Ketiga tipe tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama tapi menggunakan cara yang berbeda. Dalam kehidupan pembelajaran metode ini sangat menguntungkan tenaga pengajar untuk menciptakan suasana kelas yang hidup dan terciptanya komunikasi berbagai arah,bukan hanya satu arah yang di dominasi oleh tenaga pengajar yang membuat kurangnya tingkat pemahaman yang mengakibatkan tidak tercapainya hasil yang diharapkan. Setelah menggunakan model pembelajaran ini dapat disimpulkan jika cooperative learning mampu diterima dengan baik oleh peserta didik, serta mampu meningkatkan hasil belajar sehingga tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

3.2    Saran
Saran yangdiberikan adalah untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif di setiap sendi pendidikan dari kelas dua hingga perguruan tinggi, cooperative learning sangat menguntungkan jika diterapkan pada peserta didik yang pasif dan hanya menunggu perintah dari tenaga pengajar. Dengan cooperative learning seseorang mampu mengeksplorasi dirinya sendiri dengan bantuan kelompok sehingga mampu menciptakan kerjasama yang baik dan pemahaman yang baik terhadap suatu materi yang diberi oleh tenaga pengajar. Karena itu lah sangat disarankan untuk menggunakan metode ini agar tercapai hasil yang diharapkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar