2.1.
Masa hellenisme dan Romawi
Di masa ini muncul beberapa aliran, terpenting di
antaranya adalah:
1)
Stoisisme
didirika oleh Zeno dari Kition. Menurut Stoisisme, jagad raya ditentukan oleh
logos atau rasio. Maka segala sesuatu yang terjadi di alam semesta berlangsung
menurut ketetapan yang tak dapat dihindarkan. Etika Stoisisme bersifat kejam,
karena manusia tidak dapat menghindarkan segala malapetaka.
2)
Epikurisme
didirikan oleh Epikuros. Inti ajarannya adalah bahwa manusia harus menggunakan
kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tapi agar keadaan
batin seimbang dan tenang, orang harus menjadi bijaksana. Bersikap bijaksana
adalah bersikap membatasi diri dan mengusahakan kesenangan rohani.
3)
Skeptisisme
dipelopori oleh pyrrho. Tapi ini bukan suatu aliran dengan pengikut-pengikut
tertentu, melainkan hanya merupakan tendensi umum dalam masyarakat.
4)
Eklektisisme
adalah kecenderungan mendamaikan berbagi unsure yang berbeda. Ini juga
merupakan kecenderungan umum pada masyarakat, khususnya kaum elit. Seorang yang
dikenal denagn eklektis adalah ahli pidato Cicero dan Philo.
2.2 Filsafat
Barat Abad Pertengahan
Abad pertengahan merupakan
kurun waktu yang
khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominansi agama Kristen
sangat menonjol. Perkembangan alam
pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat,
harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jelas teologi lebih
tinggi dibandingkan dengan filsafat. Filsafat berfungsi melayani Teologi. Tapi
bukan berarti bahwa pengembangan nalar dilarang.
Dalam sejarah filsafat barat, abad pertengahan dibagi
menjadi dua periode yakni masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani
maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh dan
karya-karya penting. Dibawah ini diuraikan masing-masing tentang Zaman
Patristik dan Zaman Skolastik, serta tokoh-tokoh terpentingnya.
MASA PATRISTIK
a. Gambaran Umum
Patristik
berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak.
Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat
berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada
pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.
b. Tokoh-tokoh terpenting
Bapak
Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus,
Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza
(330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius
Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus,
Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada
masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari
Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa
patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah
pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa
keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar
Constatinus Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen.
Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati
kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen
dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada
abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones
(pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah).
Agustinus
menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut
Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang
ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu
bahwa ia ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa
yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir
maka aku berada. Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep
yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan
dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep
yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau materi segala sesuatu.
Filsafat
patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan
timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda
dengan masa patristik.
MASA SKOLASTIK
a. Gambaran Umum
Nama
skolastik menunjukan besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-biara dalam
pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah
filsafat mengalami masa kevakuman karena situasi politik yang tidak stabil.
Sejak
pemerintahan Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih, Kegiatan intelektual
mulai bersemi kembali. Ilmu pengetahuan, kesenian, dan filsafat mendapat angin
segar.
Masa
Skolastik mencapai puncak kejayaannya pada abad XIII. Di masa ini filsafat
dikaitkan dengan teologi, tetapi sudah menemukan tingkat kemandirian tertentu.
Patut diberi catatan khusus tentang penyebaran karya-karya filsafat Yunani,
karena inilah faktor terpenting bagi perkembangan intelektual dan filsafat.
Masuknya
filsafat Aristoteles ke barat dimungkinkan lewat filsuf-filsuf arab yaitu Ibnu
Sina atau Avicenna (980-1037), dan Ibnu Rusyd (1126-1198) alias Averroes.
Avicenna berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme
sedangkan Averroes merupakan pengagum Aristoteles dan menulis komentar tentang
pemikiran-pemikiran Aristotelian. Sebab itu ia dijuluki Sang Komentator.
Kehadiran karya-karya Aristoteles itu memberikan
nuansa baru. Orang yang berhadapan dengan karya-karya nonkristen. Tugas
filsafat dan teologi adalah mendamaikan alam pikiran baru itu dengan ajaran Kristen,
khususnya alam pemikiran Agustinus yang mendominasi masa-masa sebelumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar