Senin, 05 Oktober 2015

sejarah filsafat



2.1.  Masa hellenisme dan Romawi
Di masa ini muncul beberapa aliran, terpenting di antaranya adalah:
1)      Stoisisme didirika oleh Zeno dari Kition. Menurut Stoisisme, jagad raya ditentukan oleh logos atau rasio. Maka segala sesuatu yang terjadi di alam semesta berlangsung menurut ketetapan yang tak dapat dihindarkan. Etika Stoisisme bersifat kejam, karena manusia tidak dapat menghindarkan segala malapetaka.

2)      Epikurisme didirikan oleh Epikuros. Inti ajarannya adalah bahwa manusia harus menggunakan kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tapi agar keadaan batin seimbang dan tenang, orang harus menjadi bijaksana. Bersikap bijaksana adalah bersikap membatasi diri dan mengusahakan kesenangan rohani.

3)      Skeptisisme dipelopori oleh pyrrho. Tapi ini bukan suatu aliran dengan pengikut-pengikut tertentu, melainkan hanya merupakan tendensi umum dalam masyarakat.

4)      Eklektisisme adalah kecenderungan mendamaikan berbagi unsure yang berbeda. Ini juga merupakan kecenderungan umum pada masyarakat, khususnya kaum elit. Seorang yang dikenal denagn eklektis adalah ahli pidato Cicero dan Philo.

2.2  Filsafat Barat Abad Pertengahan
Abad  pertengahan  merupakan  kurun  waktu  yang  khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominansi agama Kristen sangat menonjol. Perkembangan alam  pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jelas teologi lebih tinggi dibandingkan dengan filsafat. Filsafat berfungsi melayani Teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan nalar dilarang.
Dalam sejarah filsafat barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode yakni masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting. Dibawah ini diuraikan masing-masing tentang Zaman Patristik dan Zaman Skolastik, serta tokoh-tokoh terpentingnya.

  MASA PATRISTIK
a. Gambaran Umum
Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.
b. Tokoh-tokoh terpenting
Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar Constatinus Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen. Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones (pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah).
Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu bahwa ia ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir maka aku berada. Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau  materi segala sesuatu.
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.

   MASA SKOLASTIK
a. Gambaran Umum
Nama skolastik menunjukan besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-biara dalam pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah filsafat mengalami masa kevakuman karena situasi politik yang tidak stabil.
Sejak pemerintahan Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih, Kegiatan intelektual mulai bersemi kembali. Ilmu pengetahuan, kesenian, dan filsafat mendapat angin segar.
Masa Skolastik mencapai puncak kejayaannya pada abad XIII. Di masa ini filsafat dikaitkan dengan teologi, tetapi sudah menemukan tingkat kemandirian tertentu. Patut diberi catatan khusus tentang penyebaran karya-karya filsafat Yunani, karena inilah faktor terpenting bagi perkembangan intelektual dan filsafat.
Masuknya filsafat Aristoteles ke barat dimungkinkan lewat filsuf-filsuf arab yaitu Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037), dan Ibnu Rusyd (1126-1198) alias Averroes. Avicenna berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme sedangkan Averroes merupakan pengagum Aristoteles dan menulis komentar tentang pemikiran-pemikiran Aristotelian. Sebab itu ia dijuluki Sang Komentator.
Kehadiran karya-karya Aristoteles itu memberikan nuansa baru. Orang yang berhadapan dengan karya-karya nonkristen. Tugas filsafat dan teologi adalah mendamaikan alam pikiran baru itu dengan ajaran Kristen, khususnya alam pemikiran Agustinus yang mendominasi masa-masa sebelumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar