Rabu, 30 September 2015

Sejarah Filsafat


  Perkembangan Filsafat Ilmu Pada Zaman Klasik
1        Ionia Tempat Lahirnya Filsafat Barat
Tempat filsafat yunani adalah asia kecil, dan filsuf-filsuf pertama yunani berasal dari Ionia. Herodotus berpendapat bahwa agama dan kebudayaan Yunani berasal dari Mesir. Menurut Coppleston sulitlah untuk menjelaskan bahwa para saudagar Mesir mengekspor pemikiran Mesir ke Yunani. Dan menurut Burnet, Mesir tidak memiliki filsafat, sebab itu pendapat bahwa filsafat Yunani berasal dari Mesir sulit diterima. Jadi, filsafat yunani berasal dari yunani sendiri yakni Ionia.
          

Tapi kenyataan bahwa filsafat yunani berkaitan erat dengan matematika. Coppleston berpendapat Memang ada kemungkinan besar bahwa matematika yunani dipengaruhi Mesir dan astronomi Yunani dipengaruhi Babylon, sebab ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani mulai berkembang di daerah yang merupakan pertemuan barat dan timur. Tapi tidak tepat kalau dikatakan bahwa matematika ilmiah
Matematika Mesir terdiri dari metode-metode empiris, kasar dan lengkap untuk memperoleh hasil praktis. Geometri Mesir umumnya terdiri dari metode-metode praktis untuk mengukur tanah setelah meluapnya sungai Nil. Tapi Mesir tidak mengembangkan geometri ilmiah, Demikian juga astronomi Babylon, sebetulnya merupakan astrologi, yakni ilmu nujum bintang. Sebaliknya orang Yunani mengembangkannya menjadi ilmu astronomi ilmiah. Jadi, menurut Coppleston, matematika dan astronomi Yunani lahir di Yunani sendiri.
Dengan demikian Yunani adalah tempat asal para pemikir dan ilmuan asli Eropa. Orang Yunanilah yang pertama-tama mempelajari ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Mereka mempelajari ilmu pengetahuan dengan semangat ilmiah, bebas dan tanpa prasangka. Hegel, filsuf terkenal Jerman, berpendapat bahwa filsafat Yunani sepenuhnya dilakukan dengan semangat kebebasan ilmiah.
1.1  Masa Pra-Sokrates
Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat yang sesungguhnya. Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode sesudahnya. Meskipun Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya, sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan Pythagoreanisme. Adapun filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates adalah:
            a.       Thales (625-545 SM)
Dalam sejarah filsafat Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia dalah satu dari tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari Sparta, dan Priandros dari Korinthos). Thales dalah filsuf dan ilmuwan praktis.
Sebagai filsuf Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan: apa sala usul segala sesuatu? Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air. Itu merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam dan kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari mengamati bahwa kabut member kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas itu sendiri berasal dari kelembaban.
Dia juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin juga dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando di kalangan dewa-dewi.
b.       Anaximandros (611-545 SM)
Anaximander juga seorang ilmuwan. Konon, menurut Theophrastus, dia membuat sebuah peta, yang mungkin digunakan oleh para pelaut Milesia ke laut hitam. Menurut Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan nampaknya lebih muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.
Kalau perubahan, kelahiran dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran disebabkan oleh konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda lain yang tidak dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama dari segala benda adalah to apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To apeiron itu kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.
Anaximander mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi silinder pendek. Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkunagn bentuk-bentk hewan yang sekarang berevolusi.
Tentang asal usul manusia Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya manusia dilahirkan dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya, cepat menemukan makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri membutuhkan waktu yang panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat menjelaskan bagaimana manusia bias hidup dalam tahap transisi.
Jadi, doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak menunjuk unsure tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.

                        c.      Anaximenes (588-524 SM)
Menurut Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau bernafas. Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan jiwa kita, yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi udara dalah prinsip dasar (urstoff) dari dunia.
Udara tak dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan perengangan. Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih panas, dan denderung terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia menjadi lebih dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin nyala dan kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya. 
            d.       Pythagoras (580-500 SM)
Tentang Pythagoras tidak banyak diketahui. Yang pasti adalah bahwa Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada paruh kedua abad 6 SM. Pythagoras sendiri dilahirkan di Samos, masih daerah Ionia. Iamblicus, salah satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut Pythagoras antara lain sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah kehidupan Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes Laertius dinilai sebagai roman dan bukan catata sejarah.
Ajaran tentang bilangan merupaka ajaran Pythagoras yang penting. Tapi, di pihak lain filsafat methematico-metafisik ini sngat sulit dipahami. Yang penting, Pythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika. Sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.
Menurut Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval music antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things are numbers).
Menurut Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling api itu beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari dan planet lainnya dan akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap. Pythagoreanisme berpandangan bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik serta bilangan. Ketika mengelilingi api sentral tiap benda langit mengeluarkan bunyi yang sesuai dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa dengan musik itu, sehinga kita tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras sendiri telah mendengar music jagad raya itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar