MARI BERFILSAFAT :
PROGRESIVISME, PENDIDIKAN ALA RASULULLAH S.A.W..
Dua belas tahun kita bersekolah mulai
jenjang SD sampai SMA, negeri kita menganut sistem pendidikan dimana ‘ceramah
guru’ adalah satu-satunya strategi pembelajaran didalam kelas, yang hanya dapat
terbalas dengan kata membosankan. Enam tahun mengikuti sekolah dasar ditambah
enam tahun mengikuti sekolah menengah sesuai anjuran pemerintah di negeri ini
membuatk kita tersadar bahwa dua belas tahun adalah waktu yang lama, namun
hasil yang didapatkan tidak setimpal, dimana saat siswa sudah mendapatkan
pengetahuan, maka pembelajaran selesai. Diam-diam hal ini membuatku merasa
bahwa kita tak memperoleh sesuatu yang semestinya kita dapatkan. Apa itu, aku
tak tahu, tetapi aku tak percaya kebosanan selama dua belas tahun tanpa jeda
adalah hal yang diinginkan pemerintah untuk kita semua.
Belakangan ini pemerintah mulai
menyadari bahwa sistem pendidikan yang berlaku sudah harus mengalami masa
evaluasi, sistem yang lama sudah harus disempurnakan atau diganti dengan sistem
yang baru. Untuk itu dibuatlah sistem pendidikan baru yang pada sistem
pendidikan baru ini menitikberatkan pada tiga hal, yaitu pengetauan,
keterampilan, dan sikap. Dimana sistem ini lebih dikenal sebagai Kurikulum
2013. Dari sini dapat dilihat bahwa pendidikan harus mengalami kemajuan
(progress). Dan dapat kita lihat pula sesuatu yang semestinya kita dapatkan
dari proses pembelajaran bukanlah hanya pengetahuan saja, tetapi juga
keterampilan dan sikap.
Salah
satu aliran filsafat yang mendukung adanya perubahan untuk kemajuan pendidikan
adalah aliran Progresivisme. Progresivisme mempunyai
konsep yang didasari oleh kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan
yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang bersifat
menekan atau mengancam keberlangsungan manusia itu sendiri. Sehubungan dengan
hal itu, progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak
otoriter.
Progresivisme
bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran
ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini belum tentu benar
dimasa mendatang. Pendidikan harus berpusat pada anak bukannya memfokuskan pada
guru atau mata pelajarannya. Gerakan progresivisme ini sangat berpengaruh dalam
pendidikan bangsa Amerika pada permulaan abad ke-20.
Pengetahuan
yang merupakan hasil dari aktivitas tertentu diperoleh manusia baik secara
langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan
hidupnya, ataupun pengetahuan yang diperoleh melalui catata-catatan –
buku-buku, kepustakaan. Ingat kembali pepatah yang mengatakan “anda adalah
orang yang sama dengan anda lima tahun mendatang, kecuali dua hal : orang-orang
disekitar anda, dan buku-buku yang anda baca”.
Untuk
mengetahui teori pengetahuan yang dimaksud, perlu kiranya menunjau
istilah-istilah dan arti seperti induktif, rasional dan empirik. Induktif
merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan mengambil data khusus
terlebih dahulu dan diikuti dengan penarikan kesimpulan secara umum. Deduktif
adalah sebaliknya, artinya dengan pengetahuan yang diperoleh dengan
berlandaskan ketentuan umum yang berupa postulat –postulat dan spekulatif.
Dalam
epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument
utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan
bahwa persepsi indera adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk
memahami lingkungan. Fakta yang masih murni saja – yang belum diolah atau
disusun – belum merupakan pengetahuan. Sehingga masih membutuhkan
pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah” tersebut.
Pengetahuan
harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan.
Oleh sebab adanya prisip-prinsip epistemologi tersebut di atas, progresivisme
mengadakan pembedaan anatara pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan adalah
kumpulan kesan-kesan dan penerangan yang terhimpun dari pengalaman yang siap
untuk digunakan. Sedangkan kebenaran ialah hasil tertentu dari usaha untuk mengetahui,
memiliki dan mengarahkan beberapa segmen pengetahuan agar dapat menumbuhkan
petunjuk atau penyelesaian pada situasi tertentu yang mungkin keadaannya kacau.
Analogi yang baik untuk hal ini dapat dimisalkan dengan kalimat pengetahuan
“kesehatan itu baik”. Ilustrasi seperti itu hanya akan lebih nyata bila kita
arahkan pada nilai kebenaran dengan contoh kalimat ”kesehatan akan mendatangkan
kesejahteraan bagi masyarakat”.
Progresivisme
memberikan perlawanan terhadap formalitas yang berlebihan dan membosankan dari
sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh : Progresivisme menolak
pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras,
menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara
pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan masyarakat kepada
generasi muda, dan berbagi hal lainnya yanga dipandang tidak berarti.
Progresivisme
melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya dengan penekanan
pada perkembangan individual, dan mencakup cita-cita seperti: cooperation yaitu kerjasama dalam
berbagai aspek kehidupan, sharing
yaitu berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, dan adjusment yaitu flekdibel untuk dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi.
Dari
keterangan-keterangan diatas, sangat ditekankan bahwa pendidikan harus
senantiasa berubah kearah yang lebih baik. Pengetahuan yang benar masa kini
belum tentu benar dimasa mendatang, atau pengetahuan masa lalu belum tentu bisa
digunakan dimasa kini. Rasulullah S.A.W. bersabda :
عَلِّمُوْا اَوْلاَدَكُمْ فَإِنّهُمْ سَيَعِيْشُ فِى زَمَانِهِمْ غَيْرَ زَمَانِكُمْ
فَإِنَّهُمْ خَلَقَ لِزَمَانِهِمْ وَنحَنْ ُخَلَقْنَا لِزَمَانِنَا
“Ajarilah
anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan
pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian
diciptakan untuk zaman kalian”
Manusia setingkat Rasulullah saja menyarankan agar
pendidikan senantiasa berubah tergantung pada keadaan Zaman. Pendidikan pada
masa lalu mungkin saja dianggap sangat baik untuk masanya, tetapi pendidikan
masa lalu dirasa kurang cocok jika masih diterapkan untuk masa kini tanpa
adanya penyempurnaan ataupun evaluasi.
Selain sabda Rasulullah diatas yang menghendaki terciptanya
kemajuan dalam pendidikan, Filsafat pendidikan Progresivisme juga dikembangkan
oleh para ahli pendidikan seperti, diantaranya adalah John
Dewey (1859 - 1952)
John Dewey adalah
seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey
tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada
anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah
"Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School",
kalimat yang senada dengan sabda Rasulullah S.A.W. diatas, bahwa sebaiknya
pendidikan itu berpusat pada si anak( siswa). Progresivisme mempersiapkan anak
masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey
dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses
dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang.
Progresivisme didukung atau
dilandasi oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey (1859-1952). Apabila
ditelusuri, konsep-konsep filsafat yang melandasi progresivisme bahkan berasal
dari para filosof yang hidup pada jaman Yunani kuno dan para filosof lainnya
yang hidup kemudian, seperti: Heraklitos (536-470 SM), Socrates (470-399 SM),
Protagoras (480-410 SM), W. James (1842-1910), Francis Bacon (1561-1626), Jean
Jacques Rousseau (1712-1778), Immanuel Kant (1724-1804), Hegel (1770-1804).
Selain itu, tokoh-tokoh bangsa Amerika seperti Benjamin Franklin, Thomas Paine,
dan Thomas Jafferson pun telah mempengaruhi perkembangan progresivisme.
Tujuan pendidikan menurut pandangan aliran ini adalah
pendidikan harus memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk
berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara
terus-menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan
masalah yang dapat digunakan individu untuk menentukan, menganalisis, dan
memecahkan masalah. Pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam
proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik
untuk menjadi warga negara yang demokratis.
Proses belajar mengajar terpusatkan pada perilaku dan
disiplin diri. Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar
kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pedidikan harusnya
merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setia anak. Agar dapat
bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan
memiliki pengalaman problem solving.
Berdasarkan hadist Rasullah S.A.W. diatas,
dan kemudian dipertegas oleh pendapat tokoh pendidikan John Dewey, yang
keduanya senada dengan aliran flsafat Progresifisme, didapatkanlah hubungan
antara filsafat progresivisme dengan sistem pendidikan masa kini. “Ajarilah
anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan
pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian
diciptakan untuk zaman kalian”.
Sumber
http://upikabu-abidin.blogspot.com/2012/07/filsafat-pendidikan-islam-sejatineng.html,
12 oktober 2014
http://van88.wordpress.com/filsafat-pendidikan-2/,
12 oktober 2014
http://van88.wordpress.com/aliran-filsafat-pendidikan-progresivisme/,
12 oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar