Rabu, 04 November 2015

PROGRESIVISME, PENDIDIKAN ALA RASULULLAH S.A.W.



MARI BERFILSAFAT :
PROGRESIVISME, PENDIDIKAN ALA RASULULLAH S.A.W..

            Dua belas tahun kita bersekolah mulai jenjang SD sampai SMA, negeri kita menganut sistem pendidikan dimana ‘ceramah guru’ adalah satu-satunya strategi pembelajaran didalam kelas, yang hanya dapat terbalas dengan kata membosankan. Enam tahun mengikuti sekolah dasar ditambah enam tahun mengikuti sekolah menengah sesuai anjuran pemerintah di negeri ini membuatk kita tersadar bahwa dua belas tahun adalah waktu yang lama, namun hasil yang didapatkan tidak setimpal, dimana saat siswa sudah mendapatkan pengetahuan, maka pembelajaran selesai. Diam-diam hal ini membuatku merasa bahwa kita tak memperoleh sesuatu yang semestinya kita dapatkan. Apa itu, aku tak tahu, tetapi aku tak percaya kebosanan selama dua belas tahun tanpa jeda adalah hal yang diinginkan pemerintah untuk kita semua.

            Belakangan ini pemerintah mulai menyadari bahwa sistem pendidikan yang berlaku sudah harus mengalami masa evaluasi, sistem yang lama sudah harus disempurnakan atau diganti dengan sistem yang baru. Untuk itu dibuatlah sistem pendidikan baru yang pada sistem pendidikan baru ini menitikberatkan pada tiga hal, yaitu pengetauan, keterampilan, dan sikap. Dimana sistem ini lebih dikenal sebagai Kurikulum 2013. Dari sini dapat dilihat bahwa pendidikan harus mengalami kemajuan (progress). Dan dapat kita lihat pula sesuatu yang semestinya kita dapatkan dari proses pembelajaran bukanlah hanya pengetahuan saja, tetapi juga keterampilan dan sikap.

Salah satu aliran filsafat yang mendukung adanya perubahan untuk kemajuan pendidikan adalah aliran Progresivisme. Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam keberlangsungan manusia itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter.

Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini belum tentu benar dimasa mendatang. Pendidikan harus berpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau mata pelajarannya. Gerakan progresivisme ini sangat berpengaruh dalam pendidikan bangsa Amerika pada permulaan abad ke-20.

Pengetahuan yang merupakan hasil dari aktivitas tertentu diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan yang diperoleh melalui catata-catatan – buku-buku, kepustakaan. Ingat kembali pepatah yang mengatakan “anda adalah orang yang sama dengan anda lima tahun mendatang, kecuali dua hal : orang-orang disekitar anda, dan buku-buku yang anda baca”.

Untuk mengetahui teori pengetahuan yang dimaksud, perlu kiranya menunjau istilah-istilah dan arti seperti induktif, rasional dan empirik. Induktif merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan mengambil data khusus terlebih dahulu dan diikuti dengan penarikan kesimpulan secara umum. Deduktif adalah sebaliknya, artinya dengan pengetahuan yang diperoleh dengan berlandaskan ketentuan umum yang berupa postulat –postulat dan spekulatif.

Dalam epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan bahwa persepsi indera adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk memahami lingkungan. Fakta yang masih murni saja – yang belum diolah atau disusun – belum merupakan pengetahuan. Sehingga masih membutuhkan pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah” tersebut.

Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan. Oleh sebab adanya prisip-prinsip epistemologi tersebut di atas, progresivisme mengadakan pembedaan anatara pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan adalah kumpulan kesan-kesan dan penerangan yang terhimpun dari pengalaman yang siap untuk digunakan. Sedangkan kebenaran ialah hasil tertentu dari usaha untuk mengetahui, memiliki dan mengarahkan beberapa segmen pengetahuan agar dapat menumbuhkan petunjuk atau penyelesaian pada situasi tertentu yang mungkin keadaannya kacau. Analogi yang baik untuk hal ini dapat dimisalkan dengan kalimat pengetahuan “kesehatan itu baik”. Ilustrasi seperti itu hanya akan lebih nyata bila kita arahkan pada nilai kebenaran dengan contoh kalimat ”kesehatan akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat”.

Progresivisme memberikan perlawanan terhadap formalitas yang berlebihan dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh : Progresivisme menolak pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras, menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan masyarakat kepada generasi muda, dan berbagi hal lainnya yanga dipandang tidak berarti.

Progresivisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya dengan penekanan pada perkembangan individual, dan mencakup cita-cita seperti: cooperation yaitu kerjasama dalam berbagai aspek kehidupan, sharing yaitu berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, dan adjusment yaitu flekdibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi.

Dari keterangan-keterangan diatas, sangat ditekankan bahwa pendidikan harus senantiasa berubah kearah yang lebih baik. Pengetahuan yang benar masa kini belum tentu benar dimasa mendatang, atau pengetahuan masa lalu belum tentu bisa digunakan dimasa kini. Rasulullah S.A.W. bersabda :

عَلِّمُوْا اَوْلاَدَكُمْ فَإِنّهُمْ سَيَعِيْشُ فِى زَمَانِهِمْ غَيْرَ زَمَانِكُمْ فَإِنَّهُمْ خَلَقَ لِزَمَانِهِمْ وَنحَنْ ُخَلَقْنَا لِزَمَانِنَا
“Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”

            Manusia setingkat Rasulullah saja menyarankan agar pendidikan senantiasa berubah tergantung pada keadaan Zaman. Pendidikan pada masa lalu mungkin saja dianggap sangat baik untuk masanya, tetapi pendidikan masa lalu dirasa kurang cocok jika masih diterapkan untuk masa kini tanpa adanya penyempurnaan ataupun evaluasi.


John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School", kalimat yang senada dengan sabda Rasulullah S.A.W. diatas, bahwa sebaiknya pendidikan itu berpusat pada si anak( siswa). Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang.

            Progresivisme didukung atau dilandasi oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey (1859-1952). Apabila ditelusuri, konsep-konsep filsafat yang melandasi progresivisme bahkan berasal dari para filosof yang hidup pada jaman Yunani kuno dan para filosof lainnya yang hidup kemudian, seperti: Heraklitos (536-470 SM), Socrates (470-399 SM), Protagoras (480-410 SM), W. James (1842-1910), Francis Bacon (1561-1626), Jean Jacques Rousseau (1712-1778), Immanuel Kant (1724-1804), Hegel (1770-1804). Selain itu, tokoh-tokoh bangsa Amerika seperti Benjamin Franklin, Thomas Paine, dan Thomas Jafferson pun telah mempengaruhi perkembangan progresivisme.

            Tujuan pendidikan menurut pandangan aliran ini adalah pendidikan harus memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus-menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakan individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang demokratis.

            Proses belajar mengajar terpusatkan pada perilaku dan disiplin diri. Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pedidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setia anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman problem solving.

            Berdasarkan hadist Rasullah S.A.W. diatas, dan kemudian dipertegas oleh pendapat tokoh pendidikan John Dewey, yang keduanya senada dengan aliran flsafat Progresifisme, didapatkanlah hubungan antara filsafat progresivisme dengan sistem pendidikan masa kini. “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar